Hipertensi dan Penyakit Ginjal

Artikel oleh Prof Dr Marzuki Suryaatmadja SpPK(K)

Apakah Hipertensi?

Menurut the American College of Cardiology dan the American Heart Association, ada 4 kategori penilaian. Tekanan darah yang baik, idaman (ideal) disebut normal.

  • Tekanan darah Normal: <120/80 mm Hg (Sistolik 120 mm Hg, Diastolik 80 mm Hg)
  • Tekanan darah meningkat: Sistolik 120-129 mm Hg, Diastolik <80 mm Hg.
  • Hipertensi Tingkat 1: Sistolik 130-139 mm Hg atau Diastolik 80-89 mm Hg.
  • Hipertensi Tingkat 2: Sistolik ≥140 mm Hg atau Diastolik ≥90 mm Hg.

Tekanan darah >180/120 mm Hg dianggap hiperttensi darurat atau krisis. Bila tidak diobati, hipertensi meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, merusak ginjal, disfungsi seksual, kebutaan, dan masalah kesehatan yang berat lainnya.

Apakah fungsi Ginjal?

Ginjal sehat menyaring darah untuk membuang zat sampah sisa metabolisme dan air yang berlebih menjadikan urin. Ginjal juga menjaga keseimbangan cairan, status asam basa darah dan elektrolit serta menghasilkan beberapa jenis hormon yang penting.

Bagaimana hubungan Hipertensi dan Ginjal?

Hipertensi dan ginjal saling mempengaruhi. Hipertensi dapat merusak ginjal, sebaliknya ginjal dapat menyebabkan hipertensi. Hipertensi menyebabkan penyempitan pembuluh darah ke ginjal sehingga mengurangi aliran darah, menyebabkan gangguan fungsinya. Kelebihan cairan darah meningkatkan tensi. Terjadi lingkaran berbahaya yang menyebabkan lebih banyak kerusakan sampai gagal ginjal.

Seberapa seringkah Hipertensi dan Penyakit Ginjal?

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), di tahun 2018 prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 34,1%; prevalensi penyakit ginjal kronis (PGK, Chronic Kidney Disease = CKD) di tahun 2023 adalah 2%, dan di tahun 2024 meningkat menjadi 3,8%. 

Di Amerika Serikat, prevalensi hipertensi hampir 50% dari orang dewasa. PGK ada >14% orang dewasa. Penyebab terbanyak gagal ginjal adalah diabetes lalu hipertensi.

Siapa yang cenderung berisiko menderita Hipertensi dan Penyakit Ginjal?

Hipertensi dapat menjadi penyebab dan juga akibat penyakit ginjal.

Risiko hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia, riwayat keluarga dengan hipertensi, gaya hidup yang tidak sehat seperti makan terlalu banyak garam (sodium), minum terlalu banyak alkohol, tidak aktif kegiatan fisik, dan jenis kelamin laki-laki.

Risiko penyakit ginjal kronik meningkat karena hipertensi, diabetes melitus, dislipidemia, riwayat keluarga mengalami gagal ginjal, infeksi, radang, ginjal polikistik, batu ginjal, pembesaran prostat, penggunaan obat-obatan (misalnya lithium, NSAID).

Apakah gejala dari Hipertensi dan Penyakit Ginjal?

Kebanyakan pasien dengan hipertensi tidak merasakan gejala, sebagian kecil penderita mengeluh sakit kepala. PGK stadium dini juga sering tanpa gejala. Dengan makin beratnya penyakit, sebagian pasien menunjukkan pembengkakan tungkai bawah, mata kaki, dan kaki. Pada stadium lanjut meliputi kehilangan selera makan, mual, muntah, mengantuk, rasa lelah, gangguan tidur, sakit kepala, gangguan konsentrasi, peningkatan atau penurunan berkemih, rasa gatal, hilang rasa (baal) menyeluruh, kulit kering, atau berwarna gelap, penurunan berat badan, kejang otot dan nyeri dada atau sesak napas.

Bagaimana diagnosis Hipertensi dan Penyakit Ginjal?

Hipertensi ditegakkan bila tekanan darah secara konsisten >130/80 mm Hg bila diperiksa beberapa kali. Kondisi penyakit ginjal diperiksa dengan pemeriksaan laboratorium dan pencitraan (imaging).

Bagaimana mencegah atau memperlambat memberatnya Penyakit Ginjal karena Hipertensi?

Cara terbaik untuk memperlambat atau mencegah penyakit ginjal dari hipertensi adalah menurunkan tekanan darah dengan kombinasi obat dan perubahan gaya hidup (keaktifan fisik, berat badan yang sehat, henti merokok, kelola stress, dan diet sehat, mengurangi asupan garam). Perlu memantau tekanan darah secara teratur dan sering.

Pemeriksaan Laboratorium pada Hipertensi dan Penyakit Ginjal

Pemeriksaan laboratorium berguna untuk pemeriksaan penyaring adanya kelainan, menilai fungsi, diagnosis, menilai prognosis serta memantau pengobatan, juga adanya penyakit penyerta yang dapat memberatkan.

Pemeriksaan urinalisis lengkap meliputi pemeriksaan makroskopik, kimia, sedimen mikroskopik / flow cytometry / foto.

Pemeriksaan darah terhadap kadar kreatinin, ureum, juga asam urat; Cystatin C baik untuk menilai fungsi ginjal. Pemeriksaan elektrolit meliputi natrium, kalium, klorida dan bikarbonat sebagai parameter keseimbangan cairan, dan fungsi saraf dan otot.

Pemeriksaan utama untuk penilaian kondisi fungsi ginjal adalah:

  1. Pemeriksaan bahan darah untuk memeriksa fungsi  ginjal menyaring darah, dinamakan Laju Saring Glomeruli (glomerular filtration rate = eGFR) yang dihitung dengan rumus.
  2. Pemeriksaan bahan urin untuk mengukur pengeluaran albumin; dibedakan kadar mikroalbuminuria dengan urin kumpulan 24 jam atau rasio albumin kreatinin (urine albumin creatinine ratio = uACR) dengan urin sewaktu pagi.

Dari eGFR dibedakan Tingkat (stage) gangguan fungsi ginjal, dikenal  rumus perhitungan CKD-EPI tahun 2021.
* Penilaian PGK bila eGFR <60 ml/menit, 1.73 m2 selama 3 bulan.

Tingkat Kriteria fungsi ginjal eGFR
1
Normal atau tinggi
≥90
2
Turun ringan
60-89
3a
Turun ringan – sedang
45-59
3b
Turun sedang – berat
30-44
4
Turun berat
15-29
5
Turun amat berat (gagal ginjal)
<15
KDIGO 2012

Dari uACR, dapat dinilai normal dan gangguan derajat ringan (<30 mg/g), sedang / mikroalbuminuria (30-300 mg/g), dan berat / makroalbuminuria (>300 mg/g).

Dari gabungan kedua pemeriksaan utama itu dibuat prognosis dan saran kapan harus merujuk konsultasi ke dokter spesialis konsultan ginjal hipertensi. Untuk lebih lengkap menilai kelainan sistem dan organ yang memberatkan, disarankan pemeriksaan hematologi lengkap, glukosa darah, HbA1c, dan pola lipid.

Daftar Pustaka

  1. National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK), 2020. https://www.niddk.nih.gov/health-information/kidney-disease/high-blood-pressure.
  2. Mayo Clinic. High blood pressure (Hypertension). https://www.mayoclinic.org/diseases- conditions /high-blood-pressure/symptoms-causes/syc-20373410.
  3. CKD Early identification & intervention toolkit. ISN-KDIGO Early screening booklet.2024.
  4. KemenKes RI. Laporan Nasional Riskesdas 2018. Jakarta: Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (LPB), 2019.
  5. KemenKes RI, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan. Laporan Tematik Survei Kesehat-an Indonesia (SKI) 2023: Potret Indonesia Sehat. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2024.